Pemahaman tentang Tuhan
BAB I
T U H A N
I. Latar belakang masalah
1.
Pernahkah anda
merasakan keberadaan Allah dalam hidupmu sehari-hari?
2.
Kalau sudah pernah
dalam bentuk apa saja anda mengalami keberadaan Allah?
Hampir semua
orang yang mengakui bahwa Tuhan atau Allah itu ada, mempercayai keberadaanNya
adalah gaib. Gaib artinya tidak dapat dilihat dan diraba; tidak dapat dicium
dan dikecap dan tidak dapat didengar suaranya seperti bunyi ; tetapi
keberadaanNya dan kuasaNya dapat di alami oleh orang-orang yang percaya
kepadaNya.
Sebutan agama-agama
dan bangsa-bangsa kepada Tuhan bermacam-macam, Misalnya; agama Hindu menyebut
Brahman, Sang Hyang Widhi atau Dewa; agama Budha menyebut Sang Adi Budha,agama
Islam menyebut Allah, agama Jahudi menyebut Elohim, Jahwe, Adonai. Bangsa
Junani menyebut Theos atau Kurios. Bangsa Romawi menyebut, Deo, atau Deus,
Bangsa Inggris menyebut God atau Lord. Tetapi apapun sebutanya ; Tuhan atau
Allah itu dipercayai kebenarannya adalah gaib. Pandangan tentang keberadaan dan
Fungsi Tuhan atau Allah para agama-agama terdapat perbedaan dan persamaan.
Disadari bahwa
karena keberadaan Allah yang gaib itu dapat membuat orang tidak mau
repot-repot; mereka menganggap bahwa segala sesuatu yang tidak dapat diamati
dengan indra atau akal budi, adalah sesuatu yang tidak ada; maka orang menjadi
jatuh kepada Atheisme; baik atheisme teoritis maupun atheisme praktis, mereka
menganggap bahwa keberadaan Tuhan atau Allah itu tidak ada.
Kemudian karena
adanya perbedaan dan persamaan konsep tenteng Tuhan atau Allah pada
agama-agama maka orangpun bisa jatuh pada kepercayaan politheisme dan
sinkretisme.
Disatu pihak
mahasiswa diperhadapkan pada bahaya Atheisme dengan konsep-konsep Materialisme
dan Rationalisme. Dan dipihak lain mahasiswa juga diperhadapkan pada
godaan-godaan politheisme dan synkretisme dengan pengaruh-pengaruh agama lain,
kebudayaan Rasionalisme maupun dengan Modernisme kehidupan.
Dengan pembahasan
topik ini mahasiswa dapat meninjau ulang sikap kepercayaan dan
pemahaman-pemahamannya tentang Tuhan Yang Maha Esa
Apakah Mahasiswa
konsisten dengan iman Kristiani yang benar; tentunya berdasarkan kebenaran yang
terdapat pada kitab suci, Alkitab.
II. Kajian Materi
A. BENTUK-BENTUK PENYEMBAHAN KEPADA
YANG GAIB
Dalam konteks ilmu agama-agama, ada empat bentuk penyembahan kepada yang
gaib.
a. Bentuk Theisme: yaitu penyembahan kepada Tuhan atau
gaib sebagai suatu keberadaan yang berpribadi, dan yang menyatakan diriNya
dengan Wahyu kepada orang-orang tertentu. Bentuk
Theisme ini terdapat pada agama Yahudi, Kristen, Islam dan Hindu Weda.
Keberadaan Tuhan (yang gaib) itu dipercayai : berfirman, mencipta, memelihara,
membimbing, mengajar, menghukum, menyelamatkan dan memberkati umatNya.
b. Bentuk Monisme: yaitu bentuk penyembahan kepada ilahi (yang gaib),
sebagai keberadaan yang tidak berpribadi: Esensi yang gaib itu terdapat pada
alam secara totalitas. Esensi yang gaib dipercayai identik pada alam. Bentuk
monisme ini terdapat pada Hindu Upanisad, ajaran Tao, kebatinan dan mistik.
Kepercayaan ini juga disebut pantheisme atau panentheisme. Pada
bentuk monisme ini tidak pernah kita dengar bahwa yang gaib itu : berfirman,
membimbing atau menyelamatkan, dan lain-lain. Tetapi pemeluk monisme ini
percaya bahwa yang gaib itu berkuasa dan berpengaruh kepada manusia.
c. Bentuk Non Theisme: yaitu bentuk penyembahan kepada yang gaib sebagai
kekosongan. Bagi non Theisme sebenarnya tidak ada Tuhan atau ilahi yang
berpribadi. Tidak ada ilahi yang melekat pada alam. Yang mereka sembah adalah
kekosongan. Apa yang dapat dilihat dan diraba hanyalah sesuatu yang semu atau
maya. Yang kekal dan mutlak adalah kekosongan. Bentuk penyembahan Non Theisme
adalah agama Budha.
d. Bentuk
Demonisme: adalah suatu bentuk penyembahan
kepada kuasa gaib yang jahat. Kuasa-kuasa gaib yang jahat itu berada di balik
alam ini, yang dipimpin oleh setan. Kuasa-kuasa gaib ini disembah untuk dapat
digunakan oleh manusia. Bentuk penyembahan ini terdapat pada praktek-praktek
klenik, santet dan okultisme.
B. KEBERADAAN TUHAN ATAU ALLAH MENURUT
AGAMA-AGAMA NON KRISTEN.
1. Agama Primitif (agama suku)
Menurut kepercayaan
suku-suku primitif, Tuhan atau ilah itu digambarkan dalam konsep Pantheisme dan
Panentheisme.
Pantheisme artinya: paham atau kepercayaan yang menganggap bahwa
”semua yang ada adalah ilahi. Sedangkan Panentheisme artinya
bahwa : semua ada dalam ilahi. Pantheisme dan Panentheisme dapat diberikan
istilah Totalisme, yaitu paham yang menekankan keutuhan, atrinya bahwa semua
yang ada, adalah dalam satu sistem keutuhan.
Menurut suku-suku
primitif dipercayai bahwa keberadaan yang ilahi itu ada dimana-mana. Alam
semesta ini penuh dengan daya-daya gaib. Daya-daya gaib itu disamakan dengan
ilah-ilah yang melekat pada alam itulah yang disembah sebagai berhala.
Suku-suku primitif
mempercayai bahwa keberadaan ilah-ilah itu melekat pada pohon, pada sungai,
pada lembah, pada kuburan atau pada tempat-tempat lain. Keberadaan ilah-ilah
itu harus dihormati, jika tidak dihormati maka ilah-ilah itu akan mengganggu
kehidupan manusia, itu makanya suku-suku primitif sering mengadakan acara-acara
penyembahan dan pemberian sajian pada tempat-tempat yang dianggap ada
penghuninya.
Sesungguhnya agama primitif
tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa, melainkan mempercayai dan menyembah banyak
ilah (Politheisme). Atau dengan kata lain, suku-suku primitif mempercayai
keberadaan Tuhan adalah melekat pada alam.
2.
Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Agama Hindu
Sudah kita singgung
di depan bahwa agama Hindu Weda termasuk pada bentuk Penyembahan Theisme.
Pribadi yang mutlak itu wujudnya tunggal maha sempurna, memiliki sifat-sifat
sempurna, tidak dapat diraba, tidak dapat dilihat, atau didengar. Tetapi
keberadaan Brahman itu meresap pada seluruh alam ; dan seluruh alam semesta
adalah pancaran dari zat Brahman. Termasuk zat inti manusia yang disebut Atman adalah
berasal dari Brahman
Kalau boleh
dibandingkan keberadaan seluruh makhluk hidup dengan Brahman, adalah seperti
hubungan setetes air dengan samudra raya. Setetes air zat intinya sama dengan
zat inti samudra raya : yaitu sama-sama rumus molekulnya H2O.
Demikian jugalah keberadaan makhluk-makhluk hidup dalam alam semesta ini adalah
sama zat intinya dengan zat inti Brahman, yaitu Atman-atman.
Atman-atman inilah
yang menjelma dalam bentuk makhluk-makhluk hidup. Penjelmaan atman ini terjadi
secara berulang-ulang dan itulah yang disebut Reinkarnasi. Apabila karma
sesuatu mahluk hidup, seperti manusia, buruk, maka penjelmaan atmanya akan
menjadi siluman, tetapi jika karmanya baik maka penjelmaannya akan lebih baik
dan dapat menjadi dewa atau dewi. Dan jika sudah menjadi dewa atau dewi, maka
itulah yang disebut Brahman atau keadaan Moksa = sempurna.
Agama Hindu mempercayai
ada suatu keberadaan yang mutlak yaitu Brahman, atau Sang Hyang Widhi. Tetapi
mereka juga mempercayai dan menyembah dewa-dewi sebagai ilah-ilah. Berarti
agama Hindu sebenarnya bukan monotheisme, melainkan adalah Politheisme. Ada
persamaan kepercayaan Hindu dengan agama suku-suku primitif tentang keberadaan
ilah-ilah, dewa-dewi, yang melekat atau meresap pada alam.
3. Keberadaan Tuhan
atau Allah Menurut Agama Budha.
Kepercayaan agama Budha banyak persamaannya dengan
agama Hindu, misalnya : reinkarnasi ( penjelmaan berulang-ulang ).tentang
keberadaan yang sempurna di agama Hindu disebut dewa-dewi sedangkan di agama
Budha disebut bodhisatwa-bodhisatwa. Bagi agama Budha
ada sifat-sifat ke-tuhanan, yaitu :
-Sifat cinta kasih
(Metha) yaitu sifat yang bersih dari pikiran membenci.
- Sifat belas
kasihan (Karuna) yaitu sifat suka menolong tanpa mengharapkan balasan.
(bandingkan : kasih agape)
- Sifat merasa
bahagia – gembira (Mudita) yaitu sifat bebas dari iri hati melihat orang
berbahagia.
- Sifat tenang,
teguh, keadaan batin yang seimbang (Upekkha) yaitu sifat pendirian yang tidak
tergoyahkan
Sifat- sifat
ke-Tuhanan inilah yang dimiliki setiap umat Budha. Inti ajaran Budha ialah:
untuk memperoleh kesempurnaan. Setiap umat Budha harus berusaha menghilangkan
keakuan (egoisme).
Menurut ajaran
Budha : kesempurnaan, kebenaran, kekuatan dan kebahagiaan dapat dirasakan,
apabila manusia itu sampai pada tingkat kekosongan (sunyata). Menghilangkan
keakuan, egosme berarti berusaha mencapai keadaan kosong. Jika seseorang telah
berhasil mengosongkan dirinya, itu sama artinya dia telah mengalami
kesempurnaan.
Menurut agama Budha
: keberadaan Tuhan Yang Maha Esa itu yang disebut Sang Hyang Adi Budha, adalah
kekosongan itulah maka dapat dikatakan bahwa agama Budha adalah non theisme
karena mereka tidak percaya Tuhan yang mutlak, atau yang berpribadi, melainkan
keadaan yang kosong ( Nirwana )
4. Keberadaan
Tuhan atau Allah menurut Agama Islam
Ada
tiga agama monotheisme di dunia yaitu: agama Jahudi, agama Kristen dan agama
Islam. Ketiga agama ini sama-sama mempercayai dan menyembah hanya satu Tuhan
atau Allah. Agama Islam sering menyebut dirinya sebagai agama Tauhid, artinya
Agama yang mempercayai keberadaan Allah yang Esa.
Dalam
pengakuan iman agama Islam disebut ”Aku mengaku bahwa tiada Tuhan selain Allah
(Asyyhadu anna la illaha illa’ Ilah)
Kalimat pengakuan ini mengandung arti bahwa satu-satunya yang layak dipuja dan
disembah ialah Allah, Allah itu keberadaannya Esa, Tunggal. Allah tidak
melahirkan dan tidak dilahirkan dan tidak ada yang menyamaiNya. Bagi Islam
menyebut Allah itu beranak dan diperanakkan adalah suatu dosa besar. Ayat-ayat
Al-Quran yang menyatakan keesaan Tuhan Allah, antara lain:
· Al-Ikhlas 1-4
: ”Katakanlah : ”Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak, dan tidak diperanakkan
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
· Al-Bagarah
16 :”Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa ; tiada Tuhan melainkan
Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
· Al A’raaf 59 : ”Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu
selainya”.
Bagi Islam
kepercayaan kepada Allah yang Maha Esa, adalah salah satu inti utama dalam
ajaran Islam. Setiap orang yang masuk Islam, diharuskan mengucapkan dua kalimat
Pengakuan Iman, yakni : ”Saya mengaku tidak ada Tuhan kecuali Allah dan
saya mengaku bahwa Muhammad adalah Rasul Allah”.
Kalau kita mau
jujur, bahwa sesungguhnya konsep agama Islam tentang keberadaan Tuhan atau
Allah adalah hampir sama. Misalnya, tentang sifat-sifat Allah: Maha Esa, Maha
Besar, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan lain-lain.
Tetapi khusus
mengenai ajaran Tri Tunggal dalam iman Kristen sangat ditolak oleh ajaran agama
Islam. Agama Islam tidak dapat menerima keberadaan Allah yang Tritunggal.
Keberadaan Allah yang Maha Besar dan Maha Kudus mewajibkan setiap muslim
tunduk, dan sujud di hadapanNya.
Mungkin kita sering
melihat saudara kita yang beragama Islam, bila sholat, mereka selalu sujud
menundukkan kepala sampai mencium tanah, itu berarti bahwa keberadaan manusia
yang hina tidak pantas berhadapan muka dengan Allah yang Maha Besar dan Maha
Kudus. Sikap sholat yang sujud menunduk adalah simbol kerendahan hati di
hadapan Allah.
C. PANDANGAN
ATHEISME TENTANG KETIDAKBENARAN TUHAN ATAU ALLAH
1. Pengertian Atheisme
Atheisme adalah suatu aliran berpikir/sikap yang berusaha
menyangkal atau meniadakan keberadaan Allah. Ada dua wujud Atheisme, yaitu
Atheisme Teoritis dan Atheisme Praktis. Atheisme Teoritis ialah aliran berpikir
yang mengutamakan argumentasi-argumentasi teoritis- rasional, untuk menolak dan
meniadakan keberadaan Allah. Sedangkan Atheisme Praktis ialah sikap hidup
sehari-hari yang tidak nmempercayai dan tidak meyakini adanya kuasa dan
keberadaan Allah.
Di negara Indonesia
Atheisme teoritis memang tidak di benarkan lagi mewujudkan diri, karena
bertentangan dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 1 :”Negara berdasarkan atas
keTuhanan”. Lembaga swadaya masyarakat, partai-partai dan
organisasi-organisasi kemasyarakatan tidak boleh mengajarkan atau mengembangkan
teori-teori yang menyangkal keberadaan Tuhan. Selain UUD 1945 sebagai
Hukum Dasar tertulis di negara ini, Pancasila, khususnya sila pertama :
keTuhanan Yang Maha Esa juga tidak memungkinkan atheisme teoritis berkembang di
negara ini.
Namun demikian
tidak berarti bahwa penganut atheisme praktis tidak ada di Indonesia?
Sikap-sikap yang mengandalkan kecerdasan berfikir, kekuatan materi, dan
kekuasaan politik adalah merupakan wujud dan atheisme praktis. Materialisme,
Hedonisme adalah bagian dari gejala-gejala atheisme praktis.
2. Pandangan
Teoritis Atheisme Tentang Keberadaan Tuhan atau Allah
a.
Friedrich
Nietzche : Menyatakan bahwa ”Allah yang dipercayai oleh agama-agama
itu sudah mati”. Manusialah yang berkuasa. Alasannya : Bahwa kenyataan yang
terjadi manusialah yang mengatur kehidupan ini, manusialah yang mengendalikan
dunia ini.
b.
Ludwig
Feuerbarh : Mengajarkan bahwa ”Allah atau ilah-ilah yang dipercayai
oleh orang-orang beragama, hanyalah berupa keinginan hati manusia yang
dipantulkan pada layar alam semesta”. Inilah yang disebut ”Teori Proyeksi”.
Feuerbach menegaskan : sebenarnya Allah itu tidak ada; kalaupun Allah itu ada,
itu hanyalah ciptaan keinginan hati manusia itu sendiri. Manusia itulah yang
menciptakan Allah
c.
Sigmund Freud:
Teori Proyeksi dari Feuerbach mempengaruhi Freud S. Freud sebagai
seorang ahli ilmu jiwa analisis, mengatakan bahwa kepercayaan itu mempunyai
dasar dalam keinginan-keinginan kejiwaan, berupa ilusi tanpa dasar dalam
realitas. Freud menggambarkan : kepercayaan terhadap Tuhan adalah gejala-gejala
kejiwaan saja. Manusia butuh seorang Bapa; yang dapat memelihara, menghibur,
dan, melindungi dirinya. Maka ciri-ciri kebapaan itu diproyeksikan pada
lingkungan langit diatas. Maka profil seperti itulah yang dikenakan kepada
Tuhan, atau Allah. Jadi menurut Freud : Tuhan atau Allah itu tidak ada, Allah
itu hanyalah ilusi manusia
d.
Karl
Marx : Menurut Marx, kepercayaan kepada Tuhan atau Allah , hanyalah
sebagai kompensasi atau kekecewaan, yang dialami manusia dalam alam dan
masyarakat. Penderitaan-penderitaan sosial, ekonomis dan phisik yang dialami
kaum buruh dalam masyarakat kapitalis dikompensasikan dengan mengimpikan suatu
hidup setelah hidup ini, yakni hidup bahagia dan adil.
Bagi Marx, ”Tuhan Yang Maha Kuasa” itu adalah refleksi yang fantastik dari kedudukan tak berkuasa rakyat terhadap alam dan keadaan sosial ekonomi, yang diciptakan manusia itu sendiri. Agama yang mengajarkan Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa hanyalah candu pembius masyarakat, agar lupa tentang kenyataan-kenyataan hidup yang susah dan menyakitkan. Dengan kata lain : Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Marx hanyalah semacam bius, candu. Sesungguhnya Tuhan atau Allah itu tidak ada.
Bagi Marx, ”Tuhan Yang Maha Kuasa” itu adalah refleksi yang fantastik dari kedudukan tak berkuasa rakyat terhadap alam dan keadaan sosial ekonomi, yang diciptakan manusia itu sendiri. Agama yang mengajarkan Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa hanyalah candu pembius masyarakat, agar lupa tentang kenyataan-kenyataan hidup yang susah dan menyakitkan. Dengan kata lain : Keberadaan Tuhan atau Allah menurut Marx hanyalah semacam bius, candu. Sesungguhnya Tuhan atau Allah itu tidak ada.
Membaca seluruh
teori-teori argumentasi pada atheis diatas, kita dapat memahami bahwa landasan
berfikir mereka adalah Materialistis, Positivisme dan Rotionalis. Mereka
membuat kemampuan berfikir itu menjadi jaminan kebenaran. Mereka tidak dapat
melihat keberadaan Allah melampaui kemampuan berfikirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar